Review Jurnal Nasional Kebijakan Keuangan dan Politik Perpajakan

 
  
Panji Perkasa Harahap

180903126

Kebijakan Keuangan dan Politik Perpajakan (B)

 

Kebijakan Moneter diambil oleh bank sentral atau Bank Indonesia dengan tujuan memelihara dan mencapai stabilitas nilai mata uang yang dapat dilakukan antara lain dengan pengendalian jumlah uang yang beredar di masyarakat dan penetapan suku bunga. Kebijakan moneter meliputi langkah-langkah kebijakan yang dilaksanakan oleh bank sentral atau Bank Indonesia untuk dapat mengubah penawaran uang atau mengubah suku bunga yang ada dengan tujuan untuk memengaruhi pengeluaran dalam perekonomian.

Maka dalam 5 jurnal yang akan saya review akan mencari apakah dampak dari kebijakan moneter yang dilakukan oleh pemerintah. Adapun judul jurnal yang saya review ialah:

1.      Yassirli Amrini, Hasdi Aimon, Efrizal Syofyan (2014), Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Inflasi Dan Perekonomian di Indonesia

2.      Catona Machtra, Fakhruddin (2016), Analisis Efek Kebijakan Moneter Terhadap Output di Indonesia

3.      Seno Sudarmono Hadi (2017), Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Indonesia Secara Global

4.      Jul Fahmi Salim (2017), Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

5.      Yenni Del Rosa, Imran Agus, Mohammad Abdilla (2019), Pengaruh Inflasi, Kebijakan Moneter dan Pengangguran Terhadap Perekonomian Indonesia

 

BAB I

COMPARE

 

Jurnal 1: Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Inflasi Dan Perekonomian di Indonesia

Menurut Todaro (2000:137) terdapat tiga faktor atau komponen utama dalam pertumbuhan ekonomi dari setiap bangsa, ketiganya adalah akumulasi modal yang meliputi semua bentuk atau jenis investasi baru yang ditanamkan pada tanah, peralatan fisik dan modal atau sumber daya manusia, pertumbuhan penduduk beberapa tahun selanjutnya yang akan memperbanyak jumlah akumulasi kapital, dan kemajuan teknologi

Menurut Maqrobi (2011:2), Dalam suatu perekonomian, antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi saling berkaitan. Apabila tingkat inflasi tinggi maka dapat menyebabkan melambatnya pertumbuhan ekonomi sebaliknya inflasi yang relatif rendah dan stabil dapat mendorong terciptanya pertumbuhan ekonomi.

 

Jurnal 2: Analisis Efek Kebijakan Moneter Terhadap Output di Indonesia

 

Perekonomian yang berkembang pesat akan meningkatkan pendapatan dan selanjutnya menimbulkan pengeluaran melebihi kemampuan yang akan menimbulkan inflasi. Inflasi yang tinggi akan berpengaruh buruk terhadap kinerja perekonomian di Indonesia (Sukirno, 2006:334).

Menurut Sutawijaya (2012: 86), tingkat inflasi yang tinggi dapat berdampak negatif pada perekonomian yang selanjutnya dapat mengganggu kestabilan sosial dan politik.

 

Jurnal 3: Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Indonesia Secara Global

Menurut Kasmir, (2008:135) mengatakan bahwa bunga bank dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya.

 

Jurnal 4: Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Inflasi yang berada pada tingkat wajar berdampak postif terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan inflasi yang berada di atas batas akan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (Aydin, Esen, & Bayrak, 2016). Selain itu,menurut Tambunan (2014) laju inflasi yang terlalu tinggi akan berdampak negatif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Menurut Boediono (1999) Pertumbuhan ekonomi merupakan adanya peningkatan dari pendapatan nasional (PDB) dari suatu negara dari tahun ke tahun

 

Jurnal 5: Pengaruh Inflasi, Kebijakan Moneter dan Pengangguran Terhadap Perekonomian Indonesia

 Teori pertumbuhan ekonomi diukur   dari   PDB   sebagai   total   nilai barang  dan  jasa   yang  dihasilkan  oleh semua  faktor  produksi  yang  ada  dalam wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu (Sukirno, 2004).

Faktor utama dalam pertumbuhan ekonomi setiap bangsa (Tambunan,2009) sbb:1) akumulasi modal termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah, dan sumberdaya manusia, 2) pertumbuhan   penduduk dan Angkatan kerja, 3) kemajuan  teknologi, 4) sistem kelembagaan (Tambunan, 2009).

 

BAB II

CONTRAST

 

Jurnal 1: Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Inflasi Dan Perekonomian di Indonesia

Samuelson dan Nordhaus dalam Pratiwi (2013:5) mengungkapkan bahwa salah satu faktor penting terjadinya inflasi ini karena disebabkan oleh pertumbuhan volume jumlah uang beredar yang cepat.

Menurut Pratama (2008;136) penambahan tenaga kerja umumnya sangat berpengaruh terhadap peningkatan output.

 

Jurnal 2: Analisis Efek Kebijakan Moneter Terhadap Output di Indonesia

Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, maka kegiatan perekonomian suatu negara harus meningkat setiap tahunnya. (Mankiw, 2003:16).

Menurut Warjiyo (2004), jenis sistem nilai tukar yang digunakan suatu negara sesuai dengan keinginan pemerintah untuk menstabilkan nilai tukar tersebut, dimana kestabilan nilai tukar tersebut melalui intervensi dari bank sentral atau melalui mekanisme pasar

 

Jurnal 3: Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Indonesia Secara Global

Menurut Kasmir (2008:137-140), faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah Kebutuhan Dana, Target Laba, Kualitas Jaminan, Kebijaksanaan Pemerintah, Jangka Waktu, Produk yang Kompetitif, Reputasi Perusahaan, Persaingan Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana dan Jaminan Pihak Ketiga.

 

Jurnal 4: Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Sektor pertanian masih sebagai sumber utama pendapatan, tingkat industrialisasi masih tergolong rendah, pengangguran terselebung relatif besar dan sebagainya (Tambunan, 2014).

Menurut Apridar (2009), produk domestic bruto merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik). Selain itu Produk Domestik Bruto (PDB) juga dapat diartikan sebagai jumlah nilai dollar kosnumsi, investasi bruto, pembelanjaan pemerintah atas barang dan jasa dan ekspor yang yang dihasilkan di dalam suatu negara selama satu tahun tertentu (Samuelson & Nordhaus, 2004).

 

Jurnal 5: Pengaruh Inflasi, Kebijakan Moneter dan Pengangguran Terhadap Perekonomian Indonesia

Terjadinya   inflasi   juga   dipicu oleh depresiasi  nilai  tukar  rupiah terhadap  dollar  AS  karena  sistem  tukar uang   Indonesia   menganut   sistem free floating  exchange  rate yang  sepenuhnya tergantung    kepada    mekanisme    pasar (Sipayung, 2013).

Di sisi lain keseimbangan internal biasanya ditunjukkan oleh keseimbangan neraca  pembayaran  (Insukindro, 1994).

 

BAB III

CRITIZE

 

Jurnal 1: Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Inflasi Dan Perekonomian di Indonesia

Dalam jurnal ini menyimpulkan bahwa jumlah uang beredar, jumlah uang beredar periode sebelumnya, suku bunga SBI, kurs dan perekonomian secara bersama sama berpengaruh signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Terdapatnya pengaruh yang signifikan dan Positif antara jumlah uang beredar terhadap inflasi mengindikasikan bahwa inflasi di Indonesia ditentukan oleh jumlah uang beredar dengan arah yang bersamaan. apabila jumlah uang beredar meningkat maka inflasi akan naik. Begitu juga sebaliknya, apabila jumlah uang beredar menurun maka inflasi juga akan turun.

Mankiw (2006:81) juga menyatakan bahwa negara-negara yang memiliki pertumbuhan uang yang tinggi cenderung memiliki inflasi yang tinggi sedangkan negara negara yang memiliki pertumbuhan uang yang rendah cenderung memiliki inflasi yang rendah. temuan penelitian ini juga sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Nopirin (2000:90) yang menyatakan bahwa kenaikan jumlah uang beredar akan meningkatkan kenaikan permintaan agregat yang akan berdampak pada kenaikan harga (inflasi naik).

Suku bunga SBI juga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Kenaikan suku bunga SBI akan menurunkan inflasi. Penurunan  inflasi ini disebabkan karena masyarakat lebih termotivasi menyimpan uangnya di bank baik dalam bentuk deposito maupun dalam bentuk tabungan karena mengharapkan pengembalian yang menguntungkan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya penurunan dalam permintaan barang dan jasa yang disebabkan oleh keengganan masyarakat untuk membeli barang dan jasa tersebut.

Hudaya (2011;68) Mengatakan bahwa terdapat sebuah hubungan kausalitas antara variabel suku bunga SBI dengan inflasi. Hal ini dapat terlihat pada perekonomian bahwa dengan fluktuatifnya nilai SBI seimbang dengan fluktuatifnya inflasi.

Namun pengaruh perekonomian terhadap inflasi di Indonesia tidak signifikan. Meningkatnya perekonomian tidak selalu diikuti oleh naiknya inflasi dan sebaliknya. Hal ini bisa disebabkan karena terjadinya penurunan output nasional akibat kenaikan harga minyak dunia yang memicu kenaikan harga barang dan jasa secara umum sehingga mengakibatkan produksi barang dan jasa di dalam negeri berkurang, yang dimana terjadinya kelangkaan barang dan jasa sehingga inflasi meningkat.

Sipayung (2013;340) menyatakan bahwa produk domestik bruto tidak berpengaruh signifikan ada tingkat inflasi di Indonesia namun meskipun begitu pemerintah tetap perlu mendorong pertumbuhan produk domestik butuh melalui pengembangan sektor ekonomi terutama sektor yang belum dikelola secara optimal.

 

Jurnal 2: Analisis Efek Kebijakan Moneter Terhadap Output di Indonesia

Dalam jurnal ini mengatakan bahwa untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi secara berkelanjutan Bank Sentral atau Otoritas Moneter akan berusaha untuk mengatur keseimbangan antara kestabilan nilai rupiah terhadap barang dan jasa dan kestabilan nilai rupiah terhadap mata uang negara lain. Salah satu tolak ukur kemajuan suatu negara adalah pertumbuhan perekonomian. Untuk mendukung pertumbuhan ekonomi, maka kegiatan perekonomian suatu negara harus meningkat setiap tahunnya. (Mankiw, 2003:16).

Maka dari itu, salah satu kebijakan yang digunakan untuk meningkatkan dan menjaga kestabilan pertumbuhan ekonomi di Indonesia adalah dengan menggunakan kebijakan moneter (Monetary Policy). Karena PDB dianggap sebagai persentase pertumbuhan ekonomi yang menjadi ukuran perkembangan suatu negara. Sehingga penelitian ini mempunyai tujuan untuk mengetahui bagaimana efek dari kebijakan moneter terhadap sasaran akhir yaitu pertumbuhan ekonomi di Indonesia dengan memasukkan variabel yang digunakan yakni inflasi dan nilai tukar.

Kebijakan moneter ekspansif dilakukan untuk mendorong kegiatan ekonomi dengan cara meningkatkan jumlah uang beredar, sedangkan kebijakan moneter kontraktif dilakukan untuk memperlambat kegiatan ekonomi dengan mengurangi jumlah uang beredar (Warjiyo, 2004).

Hubungan inflasi dan pertumbuhan ekonomi adalah jika saat inflasi dalam tingkat yang terkendali atau stabil maka dapat mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, yang mampu memberikan semangat kepada produsen untuk lebih meningkatkan produksinya. Sedangkan Inflasi akan berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi jika terjadinya peningkatan inflasi, sehingga masyarakat akan tidak suka memiliki uang tunai. Oleh karena itu, nilai uang riil yang dipegang menjadi semakin rendah dan juga daya beli uang menjadi rendah.

Variabel produk domestik bruto, inflasi dan nilai tukar memiliki hubungan saling memengaruhi satu sama lainnya untuk mencapai tingkat pertumbuhan ekonomi dan mempertahankan kestabilan nilai rupiah. Kontribusi yang terbesar diantara variabel adalah nilai tukar. Karena jika nilai tukar mengalami depresiasi (melemah) akan membuat dampak buruk terhadap variabel lainnya, yaitu inflasi mengalami peningkatan dan produk domestik bruto tidak mengalami pertumbuhan.

Namun nilai tukar melemah tidak selalu membuat dampak buruk terhadap variabel lainnya, karena pemerintah akan memanfaatkan nilai tukar melemah untuk meningkatkan ekspor yang akan membuat impor dalam negeri menurun sehingga akan membuat pertumbuhan ekonomi meningkat. Maka dari itu, kebijakan moneter yang digunakan pemerintah Indonesia wajib untuk menjaga kestabilan rupiah dan inflasi agar pertumbuhan ekonomi mengalami peningkatan.

 

Jurnal 3: Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Indonesia Secara Global

Salah satu hal untuk mengantisipasi inflasi yang berkelanjutan adalah kebijakan tingkat suku bunga yaitu menaikkan tingkat suku bunga pada saat terjadi inflasi. Kenaikan suku bunga yang dilakukan oleh bank Sentral, maka akan direspon oleh para pelaku pasar dan para penanam modal untuk memanfaatkan moment tersebut guna meningkatkan produksi dan menanamkan investasinya. Seiring dengan itu, akan berdampak juga pada jumlah produksi yang bertambah dan tenaga kerja yang juga akan semakin bertambah. Akibatnya ekspor bertambah dan jumlah pengangguran menurun, sehingga devisa yang masuk ke negara tersebut semakin menguatkan dollar terhadap mata uanglain.Demikian pula sebaliknya, bila saja suku bunga menurun, produksi industri akan berkurang karena produsen akan membatasi kerugian. Apabila jumlah produksi berkurang, maka akan melemahkan mata uang tersebut

Menurut Kasmir (2008:137-140), faktor-faktor utama yang mempengaruhi besar kecilnya penetapan suku bunga adalah sebagai berikut:

1. Kebutuhan Dana Faktor kebutuhan dana dikhususkan untuk dana simpanan, yaitu seberapa besar kebutuhan dana yang diinginkan. Apabila bank kekurangan dana, sementara permohonan pinjaman meningkat, yang dilakukan oleh bank agar dana tersebut cepat terpenuhi adalah dengan meningkatkan suku bunga simpanan. Namun, peningkatan suku bunga simpanan akan pula meningkatkan suku bunga pinjaman. Sebaliknya, apabila dana yang ada dalam simpanan di bank banyak, sementara permohonan pinjaman sedikit, maka bunga simpanan akan turun karena hal ini merupakan beban.

2. Target Laba yang diinginkan Faktor ini dikhususkan untuk bunga pinjaman. Hal ini disebabkan target laba merupakan salah satu komponen dalam menentukan besar kecilnya suku bunga pinjaman.karena jika diinginkan laba usaha meningkat maka fihak perbankan akan menaikkan tingkat suku bunganya.

3. Kualitas Jaminan Kualitas jaminan juga diperuntukkan untuk bunga pinjaman. Semakin likuid jaminan (mudah dicairkan) yang diberikan, semakin rendah bunga kredit yang dibebankan dan sebaliknya.

4. Kebijaksanaan Pemerintah Dalam menentukan baik untuk bunga simpanan maupun bunga pinjaman bank tidak boleh melebihi batasan atau pagu yang sudah ditetapkan oleh pemerintah dalam hal ini Bank Indonesia

5. Jangka Waktu Faktor jangka waktu sangat menentukan. Semakin panjang jangka waktu pinjaman, akan semakin tinggi bunganya, hal ini disebabkan besarnya kemungkinan resiko macet di masa mendatang. Demikian pula sebaliknya, jika pinjaman berjangka pendek, bunganya relatif rendah.

6. Reputasi Perusahaan Reputasi perusahaan juga sangat menentukan suku bunga terutama untuk bunga pinjaman. Bonafiditas suatu perusahaan yang akan memperoleh kredit sangat menentukan tingkat suku bunga yang akan dibebankan nantinya, karena biasanya perusahaan yang bonafid kemungkinan resiko kredit macet di masa mendatang relatif kecil.

7. Produk yang Kompetitif Untuk produk yang kompetitif, bunga kredit yang diberikan relatif rendah jika dibandingkan dengan produk yang kurang kompetitif. Hal ini disebabkan produk yang kompetitif tingkat perputaran produknya tinggi sehingga pembayarannya diharapkan lancar.

8. Hubungan Baik Biasanya bunga pinjaman dikaitkan dengan faktor kepercayaan kepada seseorang atau lembaga. Dalam praktiknya, bank menggolongkan nasabah antara nasabah utama dan nasabah biasa. Penggolongan ini didasarkan kepada keaktifan serta loyalitas nasabah yang bersangkutan kepada bank. Nasabah yang memiliki hubungan baik dengan bank tentu penentuan suku bunganya pun berbeda dengan nasabah biasa.

9. Persaingan Dalam kondisi tidak stabil dan bank kekurangan dana, sementara tingkat persaingan dalam memperebutkan dana simpanan cukup ketat, maka bank harus bersaing keras dengan bank lainnya. Untuk bunga pinjaman, harus berada di bawah bunga pesaing agar dana yang menumpuk dapat tersalurkan, meskipun margin laba mengecil.

10. Jaminan Pihak Ketiga Dalam hal ini pihak yang memberikan jaminan kepada bank untuk menanggung segala risiko yang dibebankan kepada penerima kredit. Biasanya apabila pihak yang memberikan jaminan bonafide, baik dari segi kemampuan membayar, nama baik, maupun loyalitasnya

 

Jurnal 4: Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Dalam era globalisasi sekarang ini dimana kegiatan perekonomian suatu negara juga dipengaruhi oleh kegiatan perekonomian negara lain sehingga pemerintah dalam menetapkan kebijakan baik kebijakan fiskal maupun kebijakan moneter akan dipengaruhi oleh faktor eksternal. Moneter merupakan bagian yang sangat penting dalam sebuah perekonomian, pertumbuhan ekonomi tidak akan bisa dianalisis tanpa melibatkan persoalan moneter (Cioran, 2014).

Nilai tukar adalah harga mata uang suatu negara terhadap salah satu mata uang negara lainnya (Salvatore, 2008) .Selain itu nilai tukar nominal (nominal exchange rate) adalah harga relatif dari mata uang dua negara (Mankiw, 2006). Jadi kurs atau nilai tukar adalah harga dari mata uang suatu negara terhadap mata uang lainnya

Nilai tukar yang stabil cenderung menunjukkan keadaan perekonomian yang stabil karena nilai tukar yang stabil menunjukkan stabilitas moneter yang baik dan berbagai transaksi moneter dan perbankan berjalan lancar. Meski demikian, apresiasi kurs dan depresiasi kurs berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketika kurs terdepresiasi (melemah) maka dampaknya produksi barang dan jasa berorientasi ekspor akan meningkat karena harga (barang dan Jasa) di luar negeri akan lebih tinggi daripada harga di dalam negeri maka akan lebih menguntugkan jika barang dan jasa yang ada di ekspor. Semakin besar ekspor maka cadangan devisa akan meningkat serta produktifitas barang dan jasa yang berorientasi ekspor akan meningkat dan pada akhirnya akan meningatkan pertumbuhan ekonomi secara umum.

Inflasi merupakan salah satu variable makroekonomi yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di berbagaia negara. Inflasi yang berada pada tingkat wajar berdampak postif terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan inflasi yang berada di atas batas akan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (Aydin, Esen, & Bayrak, 2016). Selain itu,menurut Tambunan (2014) laju inflasi yang terlalu tinggi akan berdampak negative terhadap pertumbuhan ekonomi.

Tingkat inflasi yang terjadi dalam kisan satu atau dua digit mengindikasikan bahwa roda perekonomian serta kegiatan moneter di suatu negara sedang dalam keadaan stabil. Tingkat inflasi yang tinggi akan mengakibatkan daya beli masyarakat menurun karena nilai uang sudah buruk, sehingga mau tidak mau produsen akan mengurangi produksinya yang pada akhirnya secara makro akan berpengaruh negative terhadap pertumbuhan ekonomi.

 

Jurnal 5: Pengaruh Inflasi, Kebijakan Moneter dan Pengangguran Terhadap Perekonomian Indonesia

Salah     satu     kebijakan     dalam pengendalian   inflasi   berupa   kebijakanmoneter yang dilakukan untukmempengaruhi   jumlah   uang   beredar,suku  bunga  SBI  dan  nilai  tukar.  Secaraumum   kebijakan   moneter   dicapainyakeseimbangan internal dankeseimbangan eksternal dimanakeseimbangan internal ditunjukkandengan  terciptanya  keseimbangan  kerjayang  tinggi,  laju  pertumbuhan  ekonomiyang  tinggi  dan  rendahnya  laju  inflasi.Di    sisi    lain    keseimbangan    internalbiasanya ditunjukkan oleh keseimbanganneraca  pembayaran  (Insukindro,  1994).

Jika ingin mempertahankan laju  inflasi yang   rendah   maka   pemerintah   harusmenekan kenaikan harga denganmenekan   laju   kenaikan   jumlah   uangberedar  dengan  pembatasan  pemberiankredit  atautight  money  policy.Namunhal ini berdampak terhadap investasi danmeningkatnya   pengangguran   sehinggaakan menurunkan pendapatan nasional.

Selama   ini   Bank   Indonesiamenggunakan   instrument   suku   bungaSBI untuk mengendalikan inflasi dimanakenaikan   suku   SBI   akan   mendorongkenaikan  suku  bunga  jangka  pendek  dipasar uang sedangkan suku bunga jangkapanjang,     produsen     akan     meresponkenaikan   suku   bunga   di   pasar   uangdengan  mengurangi  investasi  sehinggaoutputdalam  negeri  turun  dan  tingkatinflasi   domestik   juga   turun   (Hudaya,2011).   Terjadinya   inflasi   juga   dipicu oleh  depresiasi  nilai  tukar  rupiahterhadap  dollar  AS  karena  sistem  tukaruang   Indonesia   menganut   sistemfreefloating  exchange  rateyang  sepenuhnyatergantung    kepada    mekanisme    pasar(Sipayung, 2013). Perekonomian Indonesia     dipengaruhi     oleh     inflasidimana  Produk  Domestik  Bruto  (PDB)dianggap   sebagai   ukuran   terbaik   darikinerja perekonomian (Mankiw, 2006).

 

BAB IV

SYNTHESIZE

 

Jurnal 1: Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Inflasi Dan Perekonomian di Indonesia

Hasil penelitian bahwa jumlah uang beredar, suku bunga SBI dan perekonomian berpengaruh signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Penelitian ini sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh

Mankiw (2006 : 81) yang menyatakan bahwa negara - negara yang memiliki pertumbuhan uang yang tinggi cenderung memiliki inflasi yang tinggi sedangkan negara - negara yang memiliki pertumbuhan uang yang rendah cenderung memiliki inflasi yang rendah. Temuan penelitian ini juga sejalan dengan pendapat yang dikemukan oleh Nopirin (2000:90) yang menyatakan bahwa kenaikan jumlah uang beredar akan mengakibatkan kenaikan permintaan agregat yang akan berdampak pada kenaikan harga (inflasi naik).

Namun, hasil penelitian yang dilakukan oleh Nugroho (2012:5) tidak sejalan, Hal ini karena jumlah uang beredar dalam arti luas yang terdiri atas uang beredar, uang giral, dan uang kuasi. Diduga persentase uang kuasi yang terdiri atas deposito berjangka, tabungan, dan rekening valas milik swasta cukup besar. Uang kuasi dalam hal ini merupakan nilai yang tidak liquid. Sehingga walaupun nilainya tinggi namun tidak cukup untuk mempengaruhi peningkatan inflasi yang ada dalam perckonomian.Kemudian, jumlah uang beredar periode scbelumnya juga berpengaruh signifikan dan positif terhadap intlasi di Indonesia.

 

Jurnal 2: Analisis Efek Kebijakan Moneter Terhadap Output di Indonesia

Hubungan inflasi dan pertumbuhan ekonomi adalah jika saat inflasi dalam tingkat yang terkendali atau stabil maka dapat mendorong terjadinya pertumbuhan ekonomi, yang mampu memberikan semangat kepada produsen untuk lebih meningkatkan produksinya. Karena produksi meningkat maka produsen akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak disaat kenaikan harga yang tidak terlalu tinggi. Selain itu, peningkatan produksi memberi dampak positif lain yaitu tersedianya lapangan kerja baru.

Sedangkan Inflasi akan berdampak negatif pada pertumbuhan ekonomi jika terjadinya peningkatan inflasi, sehingga masyarakat akan tidak suka memiliki uang tunai. Oleh karena itu, nilai uang riil yang dipegang menjadi semakin rendah dan juga daya beli uang menjadi rendah. Hal ini membuat produsen tidak bersemangat memproduksi sebab hasil produksi akan kurang laku karena kenaikan harga yang terlalu tinggi dan akibat selanjutnya hasil produksi pun menurun.

Produk domestik bruto tidak mengalami pertumbuhan karena penggunaannya berkurang, akibat dari pengaruh kurs yang terus mengalami depresiasi yang menyebabkan inflasi naik. Pembentukan inflasi di indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh pergerakan nilai tukar. Jika dibanding dengan variabel lainnya pengaruh nilai tukar berbeda dengan GDP dan inflasi itu sendiri, pengaruh nilai tukar semakin lama semakin besar dalam membentuk inflasi. Oleh karena itu, ketika nilai tukar terdepresiasi makan inflasi akan meningkat.

 

Jurnal 3: Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Indonesia Secara Global

Suatu kenaikan dalam tingkat penawaran uang akan menciptakan kenaikan penawaran uang pada tingkat mula-mula,Individu akan mencoba mengurangi saldo uang pada tingkat bunga mula mula, sementara individudapat mengurangi uang dalam portofolio Masyarakat sebagai suatu keseluruhan harus memegang penawaran uang yang dinaikkan.Uang itu ada sehingga sesorang harus memegangnya, Kalau perlu transaksi tidak mengharapkan untuk memegang penawaran uang yang dinaikkan itu pada tingkat bunga yang ada untuk membentuk keseimbangan Individu mencoba untuk mengurangi saldo uang mereka dengan menggunakan uang untuk membeli assets finansial, barang konsumsi serta investasi.Jika suatu obligasi memberikan uang pada pemiliknya setiap tahunnya, karena hasil obligasi turun, maka tingkat bunga juga mengalami penurunan.

Kebijakan Moneter menurut Iswardono SP (1995:3), memiliki tujuan paling utama adalah:

1. Masyarakat menginginkan antara barang dan jasa yang diprimistikoduksi sama dengan kapasitas produksinya. Dengan perkataan lain “Actual GNP Should Equal Potential GNP” baik untuk tenaga kerja,capital dan tanah seharusnya diolah para entrepreneur untuk menghasilkan barang dan jasa. Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang sangat penting terhadap sumbangannya terhadap pendapatan, sehingga pencapaian tingkat GNP yang tinggi sehingga secara dapat mencerminkan rendahnya tingkat angka pengangguran

 2. “A Stable Price On at Least a Constant and Pradictable rate of Inflation” ada suatu kepercayaan. Suatu yang diperkirakan tidak akan t bakal akan terjadi memberikan dampak pada misallocation sumber daya ekonomi, demikian juga dengan laju inflasi yang tidak akan berdampak pada perekonomian tetapi juga akan memiliki dampak pada bidang social dan juga bidang politik.

3. A Light Rate of Growth of Output yang dapat dicapai melalui efesiensi atau penghematan. Pada dasarnya perluasan efesiensi terjadi dikarenakan meningkatnya tingkat tabungan masayarakat serta para investor mendapatkan hasil yang sangat tinggi.

 

Jurnal 4: Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Inflasi merupakan salah satu variable makroekonomi yang sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di berbagaia negara. Inflasi yang berada pada tingkat wajar berdampak postif terhadap pertumbuhan ekonomi sedangkan inflasi yang berada di atas batas akan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi (Aydin, Esen, & Bayrak, 2016). Selain itu,menurut Tambunan (2014) laju inflasi yang terlalu tinggi akan berdampak negative terhadap pertumbuhan ekonomi.

Pengaruh variable makroekonomi seperti inflasi dan kurs tidak langsung berpengaruh saat itu juga, namun juga terkadang butuh beberapa waktu, misalnya jika inflasi meningkat secara mendadak pada bulan ini, kemungkinan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi akan kelihatan beberapa waktu kemudian. Dengan analysis regresi tertentu, pengaruh tersebut dapat terdeteksi, misalnya inflasi tahun atau bulan atau kuartalan ke berapa yang berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Terdapat berberapa jenis inflasi seperti inflasi merayap, inflasi terbang, dan hiper inflasi. Dari ketiga jenis inflasi tersebut yang harus dicegah adalah hiper inflasi, hiper inflasi adalah inflasi membumbung yaitu inflasi yang terjadi pada tingkatan yang tidak terkontrol lagi. Indonesia sendiri pernah mengalami tahapan inflasi ini pada periode 1961-1966, dimana pada saat itu inflasi mecapai 288 persen pertahun.

 

Jurnal 5: Pengaruh Inflasi, Kebijakan Moneter dan Pengangguran Terhadap Perekonomian Indonesia

Secara teori inflasi dan pertumbuhan ekonomi berhubungan negatif yaitu jika inflasi tinggi maka pertumbuhan ekonomi akan turun dan sebaliknya. Dalam penelitian inflasi yang terjadi jenis ringan dengan kategori rendah dan stabil sehingga dapat menjadi simulator bagi pertumbuhan ekonomi. Peningkatan laju inflasi menyebabkan kurangnya investasi suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga dan investasi bersifat spekulatif, gagal dan ketidakstabilan pembangunan ekonomi, defisit neraca pembayaran, turunnya kesejahteraan masyarakat dan berdampak turunnya pertumbuhan ekonomi.

Pengaruh suku bunga yang dinaikkan atau diturunkan oleh Bank Indonesia akan direspon oleh pelaku pasar dan penanam modal sehingga berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi. Dalam lingkup makro efek perubahan suku bunga dapat meluas sehingga menjangkau semua sektor pada suatu negara. Pengaruh suku bunga terhadap perekonomian suatu negara dapat dilihat dari sisi perubahan perilaku masyarakat konsumen, pebisnis dan investor.

 

BAB V

SUMMARIZE

 

Jurnal 1: Analisis Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Inflasi Dan Perekonomian di Indonesia

Suku bunga SBI memiliki pengaruh yang signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Kenaikan suku bunga SBI akan menurunkan inflasi. Penurunan  inflasi ini disebabkan karena masyarakat lebih termotivasi menyimpan uangnya di bank baik dalam bentuk deposito maupun dalam bentuk tabungan karena mengharapkan pengembalian yang menguntungkan. Hal ini akan menyebabkan terjadinya penurunan dalam permintaan barang dan jasa yang disebabkan oleh keengganan masyarakat untuk membeli barang dan jasa tersebut.

Jumlah uang beredar, jumlah uang beredar periode sebelumnya, suku bunga SBI, kurs dan perekonomian secara bersama sama berpengaruh signifikan terhadap inflasi di Indonesia. Terdapatnya pengaruh yang signifikan dan Positif antara jumlah uang beredar terhadap inflasi mengindikasikan bahwa inflasi di Indonesia ditentukan oleh jumlah uang beredar dengan arah yang bersamaan. apabila jumlah uang beredar meningkat maka inflasi akan naik. Begitu juga sebaliknya, apabila jumlah uang beredar menurun maka inflasi juga akan turun.

 

Jurnal 2: Analisis Efek Kebijakan Moneter Terhadap Output di Indonesia

·         Terdapat adanya pengaruh yang signifikan antara nilai tukar dan inflasi terhadap produk domestik bruto. Dimana ketika satu variabel berubah variabel lain mengikuti pergerakannya dan saling memengaruhi satu sama lain.

·         Berdasarkan hasil uji Impuls Response Function menunjukkan bahwa Shock (guncangan) yang terjadi pada nilai tukar dan inflasi memberikan dampak terhadap pertumbuhan produk domestik bruto. Begitu juga dengan guncangan yang terjadi pada produk domestik bruto yang langsung di respon oleh nilai tukar dan inflasi

·         Hasil uji Forecast Error Variance Decomposition (FEVD) menunjukkan bahwa variabel yang paling besar dalam memengaruhi produk domestic bruto adalah kontribusi dari nilai tukar. Variabel inflasi juga dipengaruhi oleh kontribusi dari nilai tukar, dan variabel nilai tukar di pengaruhi secara dominan oleh kontribusi nilai tukar itu sendiri.

 

Jurnal 3: Kebijakan Moneter dan Pengaruhnya Terhadap Perekonomian Indonesia Secara Global

Kebijakan moneter merupakan salah satu bagian integral dari kebijakan ekonomi makro. Oleh sebab itu kebijaksanaan moneter ditujukan untuk mendukung tercapainya sasaran ekonomi secara makro yaitu pertumbuhan ekonomi yanabilitas tingkat harga barang sangat tinggi, stabilitas tingkat harga kebutuhan sehari hari serta pemerataan pembangunan dan keseimbangan neraca pembayaran.

Kebijakan moneter diharapkan dapat tercapainya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, tingkat pengangguran dan inflasi yang cukup rendah serta tumbuhnya serta tercapainya tingkat keseimbangan neraca pembayaran yang cukup mantap.

 

Jurnal 4: Pengaruh Kebijakan Moneter Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Indonesia

Nilai tukar yang stabil cenderung menunjukkan keadaan perekonomian yang stabil karena nilai tukar yang stabil menunjukkan stabilitas moneter yang baik dan berbagai transaksi moneter dan perbankan berjalan lancar. Meski demikian, apresiasi kurs dan depresiasi kurs berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketika kurs terdepresiasi (melemah) maka dampaknya produksi barang dan jasa berorientasi ekspor akan meningkat karena harga (barang dan Jasa) di luar negeri akan lebih tinggi daripada harga di dalam negeri maka akan lebih menguntugkan jika barang dan jasa yang ada di ekspor. Semakin besar ekspor maka cadangan devisa akan meningkat serta produktifitas barang dan jasa yang berorientasi ekspor akan meningkat dan pada akhirnya akan meningatkan pertumbuhan ekonomi secara umum.

Dalam jurnal ini menyimpulkan bahwa kurs berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, artinya semakin besar nilai tukar nominal akan menyebabkan pertumbuhan ekonomi meningkat secara signifikan. Sedangkan inflasi berpengaruh negative dan signfikan terhadap pertumbuhan ekonomi, artinya semakin tinggi tingkat inflasi maka pertumbuhan ekonomi akan menurun secara signifikan. Uji simultan menunjukkan bahwa secara bersama-sama nilai tukar dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Indnonesia.

 

Jurnal 5: Pengaruh Inflasi, Kebijakan Moneter dan Pengangguran Terhadap Perekonomian Indonesia

Inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap perumbuhan ekonomi sedangkan suku bunga dan pengangguran berpengaruh positif signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi.

Peningkatan laju inflasi menyebabkan kurangnya investasi suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga dan investasi bersifat spekulatif, gagal dan ketidakstabilan pembangunan ekonomi, defisit neraca pembayaran, turunnya kesejahteraan masyarakat dan berdampak turunnya pertumbuhan ekonomi.

Pemerintah dapat mengatasi hal ini dengan menaikkan kapasitas produksi,  mengawasi tingkat harga dan menekan tingkat upah, juga menciptakan lapangan kerja baru sehingga masalah pengangguran teratasi  dengan memperbanyak jumlah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Bank Indonesia juga harus menurunkan tingkat suku bunga agar mendorong meningkatnya investasi dan pertumbuhan sektor riil.

 

 

 

 

Komentar